Sabtu, 18 September 2010
Tentangku
Tentangku? Mungkin ini pertama kalinya aku menuliskan siapa diriku. Tak susah mengenali diri sendiri, karena aku sangat dekat dengan diriku. Aku mencintai diriku, ya aku mencintai diriku, karena aku mengenalnya dengan baik. Meski hari-hariku ditelan oleh kesibukan yang tiada henti, aku selalu berusaha mengerti apa yang kuinginkan, dan apa yang layak untuk dipenuhi. Terkadang keinginanku begitu banyak dan mustahil untuk dikabulkan. Karenanya, aku selalu berusaha untuk mengetahui kondisi sekitarku. Apakah dengan kondisi seperti itu aku boleh memenuhi keinginanku, atau tidak.
Aku lebih suka diam daripada berbicara. Entah mengapa, kesunyian membuatku dapat berpikir dan menerbangkan imajinasiku. Pada saat menemui keadaan yang tidak kuinginkan, aku selalu berpikir bahwa diam adalah pilihan yang terbaik. Karena, dengan diam, aku dapat mengerti apa yang sedang terjadi dan reaksi apa yang harus dilakukan. Seperti pepatah berkata, silence is gold. Mungkin itulah yang terjadi padaku. Namun, tak selamanya diam itu emas. Aku tak bisa hidup dengan diam, karena aku harus berinteraksi. Karenanya, aku berusaha untuk membawa diriku dan membiarkannya hidup dalam lingkungan sosialku.
Hujan adalah salah satu yang paling aku sukai. Aku menyukai kesejukan dan kelembapan. Aku menyukai hembusan angin yang menerpaku dan membawa aroma bumi. Itulah dunia. Itulah aroma dunia, yang tak pernah ada ketika hujan reda. Dedaunan melambai sembari membawa bulir-bulir air hujan. Itulah ekspresi tumbuhan, yang tak terlihat ketika hujan reda. Matahari beristirahat dibalik awan hitam, ia pun menyejukkan dirinya. Ketika hujan berhenti, awan hitam mulai menyingkir dan awan putih kembali tampak. Matahari kembali terbit dan mengeringkan bumi. Lalu kami berjalan, melangkah dan menderap di atas sisa-sisa air hujan. Dunia basah, dunia diberkati.
Hidupku tak pernah jauh dari musik. Mamaku seorang organis, dan sejak dalam kandungannya, aku sering mendengarkannya memainkan organ, baik di rumah maupun di gereja. Mama tak pernah memainkan lagu pop. Ia selalu memainkan lagu rohani. Pada waktu berumur satu tahun, aku sudah bisa menyanyikan sejumlah lagu anak-anak dan lagu sekolah minggu. Mama sering mengiringiku dengan organ pada saat aku bernyanyi. Pada saat aku duduk di bangku TK, para guru memberi kami majalah anak-anak setiap bulannya. Nama majalah itu adalah “TIKO”. Dalam majalah itu, biasanya terdapat lagu anak-anak yang disertai dengan not angka. Sesampainya di rumah, aku meminta Mama mengajariku cara membacanya. Dan aku sangat menyukai pelajaran menyanyi.
Papa dan Mama ingin aku menjadi pianis. Awal tahun 2002, saat aku kelas 2 SD, mereka membelikanku sebuah piano dan mendaftarkan aku kursus. Akhirnya, hari-hariku terisi dengan latihan dan latihan piano. Papa dan Mama sering menunjukkan rekaman para pianis. Mereka membuat kliping tentang konser orkestra, dan mencari tayangan-tayangan konser. Namun, pada saat melihat dan membaca tentang konser, aku makin tertarik pada biola, bukan piano. Aku minta belajar biola pada mereka. Namun, karena aku tinggal di kota kecil, yaitu Banyuwangi, maka aku tak bisa mendapatkan guru biola yang mengajariku not balok. Setelah menanti selama tujuh tahun, hari ini aku sudah belajar biola, dan masih akan terus belajar biola.
Papa dan Mama ingin aku menjadi pianis. Awal tahun 2002, saat aku kelas 2 SD, mereka membelikanku sebuah piano dan mendaftarkan aku kursus. Akhirnya, hari-hariku terisi dengan latihan dan latihan piano. Papa dan Mama sering menunjukkan rekaman para pianis. Mereka membuat kliping tentang konser orkestra, dan mencari tayangan-tayangan konser. Namun, pada saat melihat dan membaca tentang konser, aku makin tertarik pada biola, bukan piano. Aku minta belajar biola pada mereka. Namun, karena aku tinggal di kota kecil, yaitu Banyuwangi, maka aku tak bisa mendapatkan guru biola yang mengajariku not balok. Setelah menanti selama tujuh tahun, hari ini aku sudah belajar biola, dan masih akan terus belajar biola.
Bicara tentang musik dan kehidupan, aku mempunyai keinginan yang tak kuketahui, apakah ini pantas ada dalam benakku atau tidak. Karena belajar biola, tentu saja aku ingin menjadi seorang violist. Aku menyukai lelaki yang memiliki jiwa kepemimpinan, namun lembut. Aku menyukai lelaki yang jenius, berpikiran dalam, dan memiliki insting yang tajam. Nah, sekarang apa hubunganna dengan musik dan violist? Aku ingin berjodoh dengan seorang pianis. Dalam sebuah konser, pianis adalah leader dan violist adalah filler. Keren bukan, apabila kami berada dalam konser bersama, ia memainkan piano –memimpin, dan aku mendampingi serta mengisi permainannya?
Menjadi seorang musikus bukanlah hal yang mudah. Menjadi musikus tidak hanya membutuhkan satu keahlian, tapi banyak. Seorang musikus harus memiliki ketelitian, kesabaran, daya ingat, insting, jiwa seni, disiplin, dan kemampuan matematis yang baik. Seorang musikus harus bisa menggandakan perasaannya dalam satu frase. Senang, ceria, sedih, kecewa, marah, bahagia, harus dikuasai semuanya. Namun, di luar itu semua, mayoritas musikus berkarakter lembut dan menyenangkan. Beberapa dari mereka suka memakai kepribadiannya yang unik tersebut untuk menjadi daya atraktif bagi orang lain. Namun, ada juga yang tetap menjaga diri dan menyimpan kepribadian itu, dan hanya mengeluarkannya pada saat bermusik. Di luar itu, mereka berusaha menjadi wajar, sewajar orang-orang di sekitarnya. Itulah, entah mengapa. Aku sangat tertarik dengan seorang musikus, terutama pianis.
Ada satu kepribadianku –entah buruk atau baik, menurutku buruk- yang agak tidak disukai oleh orang lain. Teman-temanku sering mengeluhkan hal ini. Aku begitu suka melamun, dan melamun di setiap waktu –bahkan saat menyebrang jalan. Dan ini terjadi di alam bawah sadarku. Terjadi tanpa perintahku, tanpa keinginanku. Mungkin otot yang berada dalam kepalaku adalah otot jantung, yang bekerja tanpa perintah. Terkadang aku tak tahu kalau sedang melamun. Aneh memang. Yang lebih aneh lagi, terkadang aku tak tahu bahwa yang kulamunkan adalah hal yang tak pernah terjadi. Kukira itu pernah terjadi beberapa waktu lalu. Karena itulah –mungkin, aku sering dejavu.
Hal-hal lain tentang diriku... Aku adalah seorang pelupa berat, terkadang sering tak konsen karena terlalu banyak melamun. Pada saat belajar, terkadang aku tahu bahwa aku sedang konsentrasi dan serius, tapi tak sampai lima menit, pikiranku sudah terbang kemana-mana. Dan aku suka memikirkan hal-hal yang bisa terjadi. Seperti, saat berjalan tiba-tiba kakiku melayang. Aku juga tak tahu bagaimana aku bisa memikirkan hal itu. Aku sendiri bingung, darimana imajinasi itu datang. Itu datang dan pergi dengan sendirinya, tanpa kusadari dan tanpa kuingini. Untuk mengatasi hal ini, kembali lagi pada musik. Aku membawa musik kemana pun aku pergi. Musik bisa menyadarkanku dan membuatku fokus. Kadang kala bila belajar sambil mendengarkan musik klasik atau instrumen, aku malah membayangkan aku sedang menonton sebuah konser.
Puncak imajinasiku adalah ketika aku tidur. Dalam gelap, mata terpejam, dan tak melakukan aktivitas apapun, aku bisa membayangkan segala hal nyata dan tidak, semua hal yang mungkin dan tidak mungkin terjadi di dunia ini. Aku suka cerita fiksi fantasi seperti Percy Jackson, Narnia, dan lain-lain. Juga cerita dongeng seperti seri Barbie dan Princess. Bukan hanya menyukai, tapi aku ingin menjadi bagian dari mereka. Aku ingin hidup dalam dunia yang sesuai dengan imajinasiku. Namun, aku tahu hal itu tidak mungkin terjadi.
Idola yang paling kuagungkan dalam hidupku adalah Bapaku, Jesus Christ the Savior. Dialah yang memberiku inspirasi. Dia begitu mencintaiku hingga tak pernah membuatku kecewa. Ia memberikan apa yang tak kuminta, dan Ia selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ia pencipta jagat raya beserta isinya dan mati demi menebus mereka, hingga saat ini kita semua menjadi milik-Nya sepenuhnya. Dalam hidup ini, aku tak punya visi lain selain membanggakan-Nya. Kedua, orang tuaku juga berperan penting dalam hidupku. Mereka bekerja keras membesarkanku dengan sebuah cinta. Sebuah cinta yang tulus. Aku bersyukur dengan keluargaku dan keadaan yang diijinkan Tuhan terjadi dalam keluarga kami.
Aku tak dapat berpikir tentang hidupku sekarang ini. Bagaimana aku bisa menjadi diriku. Aku berada dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan guru-guru yang sangat menyenangkan. Dengan banyak kekurangan dan masalah, aku mencintai mereka semua. Aku mencintai semua masalah karena mereka membuatku menjadi lebih baik. Aku mencintai semua proses yang terjadi dan siap menghadapi mereka, bersama dengan Bapaku.
Inilah kisahku. Satu hal yang kulakukan bila aku memikirkan diriku. Aku bersyukur.(els)
Label: Me and my self